Contoh Makalah Produk Rusak Akuntansi Biaya

A.  Pengertian Produk Rusak
Menurut Mursyidi ( 2008 : 115 ) Produk rusak adalah produk gagal yang secara teknis atau ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Berbeda dengan sisa bahan,  produk rusak menelan semua unsur biaya produksi
( bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik).
Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai standar mutu yang telahditetapkan secara ekonomis tidak dapat diperbaharui menjadi produk yang baik. Menurut pandangan tradisional produk dinyatakan cacat atau rusak apabila kriteria produk tersebut terletak diluar batas atas dan batas bawah daribatasan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud adalah kriteria yang harus dipenuhi produk tersebut dalam memenuhi kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana mestinya produk dibuat. Maka suatu produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi spesifikasinya (Hansen dan Mowen, 2005 : 7).
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukkanan diatas dapat disimpulkan bahwa Produk rusak merupakan produk yang tidak sempurna dalam prosesnya dan secara ekonimis tidak dapat diperbaiki kembali. Sehingga produk tersebut  harus dibuang atau dilebur kembali sebagai bahan baku.

B.   Sebab Terjadinya Produk Rusak
Menurut Sutrisno (2001 : 124) “penyebab terjadinya produk rusak ada dua yaitu produk rusak karena kagiatan normal perusahaan atau produk rusak normal dan produk rusak karena kesalahan atau produk rusak abnormal”. Berikut ini disajikan penjelasan kedua penyebab terjadinya produk rusak :
1.    Produk rusak karena kegiatan normal perusahaan, yaitu apabila produk rusak ini memang sering terjadi pada kegiatan normal perusahaan, apabila produk rusak ini memang sering terjadi pada kegiatan normal perusahaan, sehingga biasanya memang dicadangkan adanya produk rusak dalam proses produksi.
Biaya produksi atau harga pokok produk rusak yang bersifat normal diperlakukan sebagai bagian dari harga pokok produk selesai, karena adanya produk rusak dianggap perlu untuk menghasilkan sejumlah produk selesai tersebut.
2.    Produk rusak, karena kesalahan atau abnormal, yaitu apabila produk rusak yang penyebabnya karena kurangnya pengawasan, kesalahan pengerjaan, kerusakan mesin, pemakaian bahan dibawah kualitas standar. Harga pokok atau biaya produksi yang melekat pada produk rusak bersifat abnormal, karena pada dasarnya dihindarkan diperlakukan sebagai suatu kerugian dalam periode terjadinya produk rusak.
Menurut Sutrisno (2001 : 124) “perlakuan harga pokok produk rusak, selain penyebab terjadinya produk rusak juga dipengaruhi apakah produk rusak tersebut laku dijual atau tidak laku dijual”. Uraian dari perlakuan harga pokok produk rusak tersebut di atas disajikan berikut ini:
1.    Produk Rusak Tidak Laku Dijual
a.    Penyebab terjadinya produk rusak bersifat normal, maka harga pokok produk rusak yang tidak laku dijual ini, akan dibebankan kepada produk selesai, yang mengakibatkan harga pokok produk selesai akan dibebankan kepada produk selesai, sehingga harga pokok produk selesai per unit akan menjadi lebih besar. sehingga, perlakuannya sama dengan produk akhir proses. Jurnal yang dibuat adalah :

Persediaan Produk Selesai Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

 
 




b.    Terjadinya produk rusak karena kesalahan dan produk rusak tidak la
c.    ku dijual, maka harga pokok produk rusak tersebut tidak boleh diperhitungkan kedalam harga pokok produk selesai, tetapi harus dianggap sebagai kerugian, sehingga akan diperlakukan sebagai rugi produk rusak.
 Jurnal yang dibuat adalah:

Rugi Produk Rusak Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

 
                            


2.    Produk Rusak Laku Dijual
Bila penyebab produk rusak karena kegiatan normal perusahaan, dan produk rusak tersebut laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak tersebut dapat diperlakukan sebagai:
a.     Pengurangan harga pokok selesai
Harga pokok produk rusak dibebankan ke produk selesai, sehingga apabila produk rusak tersebut laku dijual, maka sudah sewajarnya hasil penjualan tersebut digunakan sebagai pengurangan harga pokok produk selesai. Jurnal yang dibuat adalah :

Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Persediaan Produk Selesai Rp XXX

 
 



b.    Pengurang semua biaya produksi

Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

 
Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada setiap elemen biaya produksi pada departemen dimana terdapat produk rusak, salah satu metode dapat digunakan alokasi berdasarkan perbandingan setiap elemen biaya. Jurnal yang dibuat adalah :





c.    Pengurang biaya overhead pabrik
Perlakuan ini sangat mudah, tetapi perlu diperhitungkan bahwa apabila hasil penjualan produk rusak cukup besar sedang jumlah biaya overhead pabrik kecil, dimungkinkan biaya overhead akan minus. Jurnal yang dibuat
adalah :

Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp XXX

 
 




d.   Penghasilan lain-lain
Perlakuan ini paling mudah digunakan, sehingga pada laporan harga pokok produksi nantinya sama dengan apabila ada produk hilang pada akhir proses tapi tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok produk selesai.
Jurnal yang dibuat adalah :

Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Penghasilan lain-lain Rp XXX

 
 



3.    Produk rusak yang laku dijual dan penyebab produk rusak karena kesalahan atau disebut juga produk rusak abnormal, maka hasil penjualan produk rusak tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang rugi produk rusak, hal ini sesuai karena harga pokok produk rusak nantinya akan dimasukkan kedalam laporan rugi-laba sebagai elemen biaya lain. Jurnal yang dibuat untuk mencatat hasil penjualan produk rusak yang diperlakukan sebagai pengurang rugi produk rusak adalah:

Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Rugi Produk Rusak Rp XXX


 
 




Menurut Sutrisno (2001 : 133) “Harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai kerugian dan dimasukkan kedalam rekening rugi produk rusak yang pada akhir periode akan masuk pada laporan rugi-laba sebagai elemen biaya lain-lain”.




Contoh soal dan penyelesaian produk rusak
Asumsi:
1. Produk diolah melalui 2 departemen
2. Tidak terdapat produk dalam proses pada awal periode
3. Memproduksi hanya satu jenis produk
4. Terdapat produk rusak
Data produksi dan Biaya produksi bulan Januari 2008 sbb:
                                                                                                Dep. A                        Dep. B
Produk selesai ditransfer ke dep. B                                        500 kg
Produk selesai sudah ditransfer ke gudang produk jadi                                             300 kg
Produk dalam proses:
            Bahan baku & penolong 100%, konversi 30%           200 kg
            Bahan penolong 50%, konversi 30%                                                              150 kg
Produk rusak                                                                           100 kg                         50 kg
Biaya Bahan baku                                                                               20.000                         -
Biaya Bahan penolong                                                                        24.000                         16.350
Biaya Tenaga Kerja                                                                             34.000                         19.420
Biaya Overhead                                                                                  30.600                         23.225
Jumlah Biaya Produksi                                                                       108.600                       58.995
Produk rusak di dep. A tidak laku dijual. Produk rusak di dep. B dijual dengan harga Rp. 200/kg
Hasil penjualan produk rusak di dep. B dicatat sebagai pengurang biaya produksi dep. B
Diminta           :
1.      Perhitungan harga pokok per satuan masing-masing departemen
2.      Perhitungan harga pokok produk selesai dan produk dalam proses masing-masing departemen
3.      Laporan biaya produksi masing-masing departemen

Penyelesaian    :
DEPARTEMEN A
Karena produk russak di dep. A tidak laku dijual, maka harga pokok produk rusak dicatat sama seperti produk hilang pada akhir proses.
Perhitungan harga pokok per satuan di departemen A:
Jenis Biaya
Jumlah produk dihasilkan (unit ekuivalen)
Biaya Produksi
Biaya per satuan
Bahan Baku
500 + (100% x 200) + 100 = 800
20.000
25,00
Bahan Penolong
500 + (100% x 200) + 100 = 800
24.000
30,00
Tenaga Kerja
500 + (40% x 200) + 100 = 800
34.000
50,00
Overhead
500 + (40% x 200) + 100 = 800
30.600
45,00
Jumlah

108.600
150,00

Perhitungan harga pokok produk selesai yangh ditransfer ke departemen B sbb:
            Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B = 500 kg x Rp 150              75.000
            Tmabhan harga pokok karena adanya produk rusak di Dep. A
100 kg x Rp 150                                                                                             15.000
            Jumlah harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B yang baru                 90.000
500 kg x Rp 180 = Rp 90.000
Perhitungan harga pokok produk dalam proses di Dep. A (200 kg)
            Bahan baku                                                                 (100% x 200) x 25                  5.000
            Bahan penolong                                                          (100% x 200) x 30                  6.000
            Tenaga kerja                                                                (40% x 200) x 50                    4.000
            Overhead                                                                    (40% x 200) x 45                    3.600
            Harga pokok produk dalam proses di Dep. A                                                                        18.000




DEPATERMEN B
Produk rusak di dep. B laku di jual seharga Rp.200/kg
Jumlah penjualan produk rusak = 50 kg x Rp.200 = Rp.10.000
Hasil penjualan tersebut di perhitungkan terlebih dahulu dengan mengurangi biaya produksi di dep.B
            Alokasi hasil penjualan produk rusak ke biaya produksi di deb.B
Biaya prduksi
Jumlah biaya produksi

Pembagian hasil penjualan produk
Jml biaya produksi setelah di kurangi

Rp
%


Harga pokok dari A
                 90.000
               60,40%
                   6.040
                 83.960
Bahan penolong
                 16.350
              10,97%
                   1.097
                 15.253
Tenaga kerja
                 19.420
              13,03%
                   1.303
                 18.117
Overhead
                 23.225
              15,59%
                   1.559
                 21.666
Jumlah
               148.995
            100,00%
                 1.0000
               138.995






Harga pokok produk dari deb. A kedeb, B berubah menjadi : Rp. 167,92 ( 83.960 / 500 kg )
Perhitungan harga pkok per satuan di depatermen B.
Jenis biaya
Jumlah produk di hasilkan (Unit ekuivalen)
Biaya produksi
Biaya per satuan
Harga pokok

    83.960
                         167,92
Produk dari deb. A



Bahan penolong
300 + (50% x 150) + 50 = 425
    15.253
                           35,89
Tenaga kerja
300 + (30% x 150) + 50 = 395
    18.117
                           45,87
Overhead
300 + (30% x 150) + 50 =395
    21.666
                           54,85
Jumlah

  138.996
                         304,53











Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gedung produk jadi sbb :
Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Gudang= 300kg x Rp. 304,53                    91.359
Tambahan harga pokok karena adanya produk yang hilang pada akhir proses deb. B
                                                50kg x Rp.304,53                                                                   15.227
            Jumlah harga pokok produk selesai yg di transfer ke Gudang yang baru                  106.686
                                                                        300kg x Rp.355,29 = Rp.106.586
Perhitungan harga pokok produk dalam proses di deb. B :                     
                                    Harga pokok produksi dari deb. A       150 x 167,92             25.188
                                    Biaya produksi Deb. B                                  
                                    Bahan penolong                      (50 % x 150) x 35,89              2.692
                                    Tenaga kerja                            (30 % x 150) x 45,87              2.064
                                    Overhead                                (30 % x 150) x 54,85              2.468
Harga pokok produk dalam proses di Deb. B                                                                        32.412
Jumlah biaya produksi departemen B                                                                                   138.998











Comments

  1. maaf saya ingin bertanya untuk mendapatkan persen nya dari mana yah? untuk cara penyelesaian yang Dep B

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah Kepemimpinan Lintas Budaya - Manajemen Internasional - Manajemen Bisnis Global

Silabus Materi Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM - Manajemen